Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dapat
mencegah meluasnya serangan hama dan
penyakit pada areal
pertanaman tebu. Pencegahan
meluasnya penyakit dapat meningkatkan produktivitas. Beberapa
hama dan penyakit utama tanaman tebu adalah:
Hama
1.
Penggerek Pucuk (Triporyza vinella F)
Penggerek pucuk menyerang tanaman tebu
umur 2 minggu sampai umur tebang. Gejala serangan ini berupa lubang-lubang
melintang pada helai
daun yang sudah mengembang. Serangan pengger pucuk pada
tanaman yang belum beruas
dapat menyebabkan kematian,
sedangkan serangan pada tanaman
yang beruas aaka menyebabkan tumbuhnya siwilan sehinggga
rendemen menurun Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan memakai insektisida Carbofuran atau Petrofur yang terserap jaringan tanama tebu dan bersifat sistemik dengan dosis 25 kg/ha ditebarkan ditanah.
rendemen menurun Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan memakai insektisida Carbofuran atau Petrofur yang terserap jaringan tanama tebu dan bersifat sistemik dengan dosis 25 kg/ha ditebarkan ditanah.
2.
Uret (Lepidieta stigma F)
Hama
uret berupa larva
kumbang terutama dari familia Melolonthidae dan Rutelidae yang
bentuk tubuhnya mem-bengkok menyerupai
huruf U. Uret
menyerang perakaran dengan
memakan akar sehinga
tanaman tebu menunjukkan
gejala seperti kekeringan.
Jenis uret yang
menyerang tebu di Indonesia antara lain
Leucopholis rorida, Psilophis sp. dan
Pachnessa nicobarica. Pengendalian
dilakukan secara mekanis atau khemis dengan menangkap kumbang pada
sore/malam hari dengan perangkap lampu biasanya dilakukan
pada bulan Oktober Desember. Disamping itu dapat pula dengan melakukan
pengolahan tanah untuk
membunuh larva uret
atau menggunakan insektisida
carbofuran 3G.
3.
Penggerek Batang
Ada
beberapa jenis penggerek
batang yang menyerang tanaman tebu antara lain penggerek batang bergaris
(Proceras sacchariphagus Boyer), penggerek batang berkilat (Chilotraea
auricilia Dudg), penggerek batang abu- abu (Eucosma schista-ceana Sn),
penggerek batang kuning (Chilotraea infuscatella Sn), dan penggerek batang jambon (Sesamia
inferens Walk). Diantara hama penggerek batang tersebut penggerek batang
bergaris merupakan penggerek batang yang paling penting yang hampir selalu
ditemukan di semua kebun tebu.
Penggerek batang berkilat
(Chilotraea auricilia Dudg)
Serangan penggerek batang pada tanaman
tebu muda berumur 3-5 bulan
atau kurang dapat
menyebabkan kematian tanaman karena
titik tumbuhnya mati.
Sedang serangan pada tanaman tua menyebabkan kerusakan ruas- ruas batang
dan pertumbuhan ruas diatasnya
terganggu, sehingga batang
menjadi pendek, berat batang turun dan rendemen gula menjadi turun pula.
Tingkat serangan hama ini dapat mencapai 25%.
Pengendalian umumnya dilakukan penyemprot-an insektisida antara lain dengan dengan penyemprotan Pestona/ Natural BVR. Beberapa
cara pengendalian lain yang
dilakukan yaitu secara
biologis dengan menggunakan parasitoid
telur Trichogramma sp. dan lalat jatiroto (Diatraeophaga striatalis).
Secara mekanis dengan rogesan. Kultur
teknis dengan menggunakan varietas tahan yaitu PS 46, 56,57
dan M442-51. Atau secara terpadu dengan
memadukan 2 atau
lebih cara-cara pengendalian
tersebut.
Penyakit
1. Penyakit mosaik
Disebabkan oleh virus dengan gejala
serangan pada daun terdapat noda-noda atau garis-garis berwarna hijau muda,
hijau tua, kuning atau klorosis yang sejajar dengan berkas-berkas pembuluh
kayu. Gejala ini nampak jelas pada helaian daun muda. Penyebaran penyakit dibantu oleh serangga
vektor yaitu kutu daun tanaman jagung, Rhopalosiphun maidis (Anonymous
1996). Pengendalian dilakukan dengan
menanam jenis tebu yang tahan, menghindari infeksi dengan menggunakan bibit
sehat, dan pembersihan lingkungan kebun tebu.
2. Penyakit busuk akar
Disebabkan oleh cendawan Pythium sp.
Penyakit ini banyak terjadi pada
lahan yang drainasenya
kurang sempurna. Akibat serangan maka akar tebu menjadi busuk
sehingga tanaman menjadi
mati dan tampak
layu. Pengendalian penyakit
dilakukan dengan menanam varietas tahan dan dengan memperbaiki drainase lahan.
3. Penyakit blendok
Disebabkan oleh
bakteri Xanthomonas albilineans dengan gejala serangan timbulnya
klorosis pada daun yang mengikuti alur
pembuluh. Jalur klorosis ini lama-lama menjadi kering. Penyakit blendok
terlihat kira-kira 6 minggu hingga 2 bulan setelah tanam. Jika daun terserang
berat, seluruh daun bergaris-garis hijau
dan putih.. Penularan
penyakit terjadi melalui bibit yang berpenyakit blendok atau melalui
pisau pemotong bibit. Pengendalian dengan menanam varietas tahan penyakit,
penggunaan bibit sehat dan serta mencegah penularan dengan menggunakan
desinfektan larutan lysol 15% untuk pisau pemotong bibit.
4. Penyakit Pokkahbung
Disebabkan oleh
cendawan Gibberella moniliformis. Gejala serangan
berupa bintik-bintik klorosis
pada daun terutama pangkal
daun, seringkali disertai
cacat bentuk sehingga daun-daun
tidak dapat membuka sempurna, ruas- ruas bengkok dan sedikit gepeng. Akibat
serangan pucuk tanaman tebu putus karena busuk. Pengendalian dapat dilakukan
dengan penyemprotan dengan 2 sendok makan Natural GLIO+2 sendok makan gula
pasir pada daun- daunan muda setiap minggu, pengembusan dengan tepung kapur tembaga
(1;4:5) atau dengan
menanam varietas tahan.