Panen Tebu
Panen
Pengaturan panen dimaksudkan agar tebu
dapat dipungut secara efisien dan dapat diolah dalam keadaan optimum. Melalui pengaturan panen, penyediaan tebu di
pabrik akan dapat berkesinambungan dan dalam jumlah yang sesuai dengan
kapasitas pabrik sehingga pengolahan menjadi efisien. Kegiatan panen termasuk dalam tanggung jawab
petani, karena petani harus menyerahkan tebu hasil panennya ditimbangan pabrik.
Akan tetapi pada pelaksanaannya
umumnya petani menyerahkan
pelaksanaan panen kepada pabrik yang akan menggiling tebunya atau kepada KUD.
Pelaksanaan panen dilakukan pada bulan
Mei sampai September dimana pada musim kering kondisi tebu dalam keadaan
optimum dengan tingkat rendemen tertinggi. Penggiliran panen tebu
mempertimbangkan tingkat kemasakan tebu dan
kemudahan transportasi dari
areal tebu ke pabrik. Kegiatan pemanenan meliputi estimasi
produksi tebu, analisis tingkat kemasakan dan tebang angkut.
Estimasi Produksi Tebu
Estimasi produksi tebu diperlukan untuk
dapat merencanakan lamanya hari giling yang diperlukan, banyaknya tenaga
kerja yang dibutuhkan
serta jumlah bahan pembantu yang
harus disediakan. Estimasi produksi tebu
dilakukan dua kali yaitu pada bulan Desember dan Februari. Estimasi
dilakukan dengan mengambil
sampel tebu dan menghitungnya dengan rumus:
P
= jbtpk x jkha x tbt x b-bt
P = Produksi tebu per hektar
jbtpk
= Jumlah batang tebu per meter kairan
jkha =
Jumlah kairan per hektar
tbt
= Tinggi batang, diukur sampai titik patah (
30 cm dari pucuk)
Bbt
= Bobot batang per m (diperoleh dari data tahun sebelumnya)
Analisis Kemasakan Tebu
Analisis kemasakan tebu dilakukan untuk
memperkirakan waktu yang tepat penebangan tebu sehingga tebu yang akan diolah
dalam keadaan optimum. Analisis ini dilakukan secara periodik setiap 2 minggu
sejak tanaman berusia 8 bulan dengan cara menggiling sampel tebu digilingan
kecil di laboratorium. Sampel tebu
diambil sebanyak 15-20
batang dari rumpun tebu yang
berada minimal 15 meter dari tepi dan 30 baris dari barisan pinggir. Nira tebu yang didapat dari sampel tebu yang
digiling di laboratorium diukur persen brix, pol dan purity nya. Metode analisis kemasakan adalah sebagai
berikut:
(1) Setelah
akar dan daun tebu sampel dipotong, rata-rata berat dan panjang batang tebu
sampel dihitung.
(2) Setiap
batang dipotong menjadi 3 sama besar sehingga didapat bagian batang bawah,
tengah dan atas. Setiap bagian batang
ditimbang dan dihitung perbandingan beratnya, kemudian dibelah menjadi dua.
(3) Belahan
batang tebu dari setiap bagian batang digiling untuk mengetahui hasil nira dari
bagian batang bawah, tengah dan atas.
Nira yang dihasilkan ditimbang untuk diketahui daya perah gilingan
(4) Dari
nira yang dihasilkan dihitung nilai brix dengan memakai alat Brix Weger, nilai
pol dengan memakai alat Polarimeter dan rendemen setiap bagian batang.
(5) Nilai
faktor kemasakan dihitung dengan rumus:
RB - RA
FK = -------------------- x 100
RB
RB = rendemen batang bawah
RA
= rendemen batang atas
FK
= faktor kemasakan, dimana jika: FK = 100 berarti tebu masih muda
FK
= 50 berarti tebu setengah masak
FK
= 0 berarti tebu sudah masak
Data yang diperoleh digunakan untuk
memetakan tingkat kemasakkan tebu pada peta lokasi tebu sebagai informasi
lokasi tebu yang sudah layak untuk dipanen. Namun demikian prioritas penebangan
tidak hanya mempertimbangkan tingkat kemasakan tebu tapi juga mempertimbangkan
jarak kebun dari pabrik, kemudahan transportasi, kesehatan tanaman dan
ketersediaan tenaga kerja.
Tebang Angkut
Penebangan tebu haruslah memenuhi
standar kebersihan yaitu kotoran seperti daun tebu kering, tanah dan lainnya
tidak boleh lebih besar dari 5%. Untuk
tanaman tebu yang hendak dikepras, tebu di sisakan didalam tanah sebatas
permukaan tanah asli
agar dapat tumbuh tunas. Bagian pucuk tanaman tebu dibuang
karena bagian ini kaya dengan kandungan asam amino tetapi miskin kandungan
gula. Tebu tunas
juga dibuang karena
kaya kandungan asam organis, gula
reduksi dan asam amino akan tetapi
miskin kandungan gula.
Penebangan tebu dapat dilakukan dengan
sistem tebu hijau yaitu penebangan yang dilakukan tanpa ada perlakuan
sebelumnya, atau dengan sistem tebu bakar yaitu penebangan tebu dengan
dilakukan pembakaran sebelumnya untuk mengurangi
sampah yang tidak
perlu dan memudahkan penebangan.
Sistem penebangan tebu yang dilakukan di Jawa biasanya memakai sistem
tebu hijau, sementara di luar Jawa
umumnya ..., terutama di Lampung, memakai sistem tebu bakar.
Teknik penebangan tebu dapat dilakukan
secara bundled cane (tebu ikat), loose cane (tebu urai) atau chopped cane (tebu
cacah). Pada penebangan tebu dengan
teknik bundled cane penebangan dan pemuatan tebu kedalam truk dilakukan secara
manual yang dilakukan dari pukul 5 pagi hingga
10 malam. Truk
yang digunakan biasanya
truk dengan kapasitas angkut 6-8 ton atau 10-12 ton. Truk
dimasukkan kedalam areal
tanaman tebu. Lintasan
truk tidak boleh memotong
barisan tebu yang
ada. Muatan tebu kemudian
dibongkar di Cane Yard yaitu tempat penampungan tebu sebelum giling.
Pada penebangan tebu dengan teknik loose
cane, penebangan tebu dilakukan secara manual sedangkan pemuatan tebu
keatas truk dilakukan
dengan memakai mesin grab
loader. Penebangan tebu dengan teknik
ini dilakukan per 12 baris yang dikerjakan oleh 2 orang. Tebu hasil tebangan diletakkan pada baris ke
6 atau 7, sedangkan sampah yang ada
diletakkan pada baris
ke 1 dan
12. Muatan tebu kemudian
dibongkar di Cane
Yard yaitu tempat penampungan
tebu sebelum giling.
Pada penebangan tebu dengan teknik
chopped cane, penebangan tebu dilakukan dengan memakai mesin pemanen tebu (cane
harvvester). Hasil penebangan tebu
dengan teknik ini berupa potongan tebu dengan panjang 20-30 cm. Teknik ini dapat dilakukan pada lahan tebu
yang bersih dari sisa tunggul, tidak banyak gulma, tanah dalam keadaan kering,
kodisi tebu tidak banyak roboh dan petak tebang dalam kondisi utuh sekitar 8
ha.
Perhitungan Rendemen
Hasil
perhitungan rendemen dengan
sampel tebu untuk analisis
tingkat kemasakan disebut sebagai rendemen sampel. Dua metode perhitungan rendemen lain adalah perhitungan rendemen sementara (RS) dan perhitungan
rendemen efektif (RE).
Perhitungan rendemen sementara didapat
dari nira hasil perahan tebu pertama di pabrik yang dianalisis di
laboratorium. Tujuan perhitungan
rendemen sementara untuk menentukan bagi hasil gula bagi petani secara cepat.
Nilai rendemen sementara didapat dari perkalian antara faktor rendemen (FR)
dengan nilai nira (NN). Nilai nira
didapat dari:
NN
= nilai Pol – 0,4 (nilai Brix – Nilai Pol)
Nilai Brix adalah persentase bahan
kering larut yang ada dalam nira terhadap berat tebu, sedangkan nilai Pol
bagian gula dari Brix yang dipersentasekan terhadap berat tebu. Faktor rendemen
didapat dari:
Kadar
nira NPB-T PSHK WR
FR = --------------- x -------------- x
------------ x------------
100 100 100
Kadar nira = jumlah nira yang didapat
NPB-T = nilai peneraan brix total
PSHK = perbandingan setara hasil kemurnian
WR = winter rendemen
Rendemen efektif
disebut juga rendemen
nyata karena perhitungan rendemen ini memakai nilai berat gula yang
telah dihasilkan. Perhitungan rendemen efektif didapat dari jumlah berat gula
yang dihasilkan dibagi jumlah berat tebu pada saat panen yang digiling dikalikan 100%. Angka rendemen efektif inilah yang digunakan sebagai nilai resmi
rendemen yang didapat.